MAKALAH
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICYT HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)
Dosen : Titik Sumiatin, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Anggota
Kelompok 16
:
1.
Wirdatun Nisak (P27820523023)
2.
Handika Via P. (P27820523040)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Ramat dan
Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa 1 ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan ADHD” ini dengan baik dan
tepat waktu tanpa hambatan apapun dalam pengerjaannya.
Penulis
ucapkan terima kasih kepada Ibu Titik Sumiatin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Pembimbing saya dalam Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa 1 sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, Penulis minta maaf apabila terdapat
kesalahan dalam pengetikan maupun yang lainnya karena manusia tak lepas dari
kesalahan dan mohon saran yang membangun demi kesempurnaan Makalah ini.
Tuban, 14 Maert 2015
Penulis
Kata Pengantar..........................................................
ii
Daftar Is...................................................................
iii
KB 1 PENDAHULUAN.............................................. 1
KB 1.1. latar
belakang........................................ 1
KB 1.2.
tujuan ................................................. 2
KB 1.3.
manfaat................................................. 2
KB 2 TINJAUAN TEORI........................................... 3
KB2.1. Konsep
ADHD............................................ 3
2.1.1.Pengertian................................................. 3
2.1.2.Etiologi.................................................... 3
2.1.3.Tanda dan Gejala....................................... 6
2.1.4.Patofisiologi.............................................. 7
2.1.5.Komplikasi................................................ 10
2.1.6.Penatalaksanaan......................................... 10
KB2.2. Asuhan Keperawatan ADHD........................ 13
2.2.1.Pengkajian................................................ 13
2.2.2.Diagnosa................................................... 23
2.2.3.Intervensi................................................. 24
2.2.4.Implementasi............................................. 31
2.2.5.Evaluasi.................................................... 32
Daftar Pustaka ........................................................ 33
KB 1.1.latar
belakang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian,
impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan
gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Pada
kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa
(Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang
paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional
kesehatan mental. Konsensus pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 3,05%
atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
Sebagian
besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat
tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar
30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional
karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD
(Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD
jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat,
jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika
Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila
dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk
Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif
cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).
(http://blogger-ardi30.blogspot.com/2013/04/askep-anak-dengan-attention-deficyt.html)
|
KB 1.2.tujuan
1.1.1. Tujuan Khusus
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada
anak dengan ADHD.
1.1.2. Tujuan Umum
1.
Mahasiswa dapat memahami
pengertian ADHD
2.
Mahasiswa dapat memahami
etiologi ADHD
3.
Mahasiswa dapat memahami simptomatologi ADHD
4.
Mahasiswa dapat memahami
patofisiologi ADHD
5.
Mahasiswa dapat memahami
komplikasi ADHD
6.
Mahasiswa dapat memahami
penatalaksanaan ADHD
7.
Mahasiswa dapat memahami
asuhan keperawatan ADHD
KB 1.3.MANFAAT
|
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa
mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ADHD (Attention Deficit
Hiperaktivitas Disorder) serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.
KB 2
TINJAUAN PUSTAKA
|
KB 2.1. Konsep ADHD
|
2.1.1 Definisi
Kelainan
hiperaktivitas kurang perhatian (ADHD) sering tampak sebelum usia 4 tahun dan
dikarakteristikan oleh ketidaktepatan perkembangan didak perhatian, impulsif,
hiperaktivitas. Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap dengan
masa dewasa (DSM-III-R, 1987). (Townsend, Mary C. 1998)
Gangguan
hiperkinetik atau biasa disebut dengan hiperaktif adalah suatu gangguan yang
terjadi pada anak dan dapat timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama
ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsive.
(Prabowo,
2014)
2.1.2. Etiologi
2.1.2.1 FATOR PREDISPOSISI
1.
Teori psikodonamika. Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak
dengan ADHD adalah tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan
diri dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
2.
Teori biologia. DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem
saraf pusat (SSP), seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi,
epilepsi, dan perilaku-perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut
sebagai faktor predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau
semrawut serta penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan
faktor-faktor predisposisi pada beberapa kasus.
3.
Teori dinamika keluarga. Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada
hubungan pasangan disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak,
dimana perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan
fungsi sistem.
(Townsend, Mary C. 1998)
2.1.2.2 FAKTOR PENYEBAB
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak
menjadi hiperaktif, antara lain adalah:
a.
Faktor genetik
Anak laki-laki dengan
ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur kebih memungkinkan hiperaktif dibandingkan
kembar satu telur.
b.
Faktor neurologik
Penelitian menunjukkan
anak hiperaktif lebih banyak disebabkan karena gangguan fungsi otak akibat
sulit saat kelahiran, penyakit berat, cedera otak.
c.
Faktor lingkungan
Racun atau limbah pada
lingkungan sekitar dapat menyebabkan hiperaktif terutama keracunan timah hitam.
d.
Faktor kultural dan psikososial
1)
Pemanjaan-pemanjaan bisa juga disamakan dengan memperlakukan anak
terlalu manis, membujuk-bujuk makan dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja
akan memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
2)
Kurang disiplin dan pengawasan
Anak yang kurang
pengawasan/ disiplin cenderung akan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya.
Hal ini dikarenakan perilakunya kurang dibatasi.
3)
Orientasi kesenangan
Anak dengan kepribadian
berorientasi pada kesenangan, pada umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif
secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan
atau menyesuaikan diri.
(Prabowo, 2014)
Menurut Prabowo,
Faktor-faktor penyebab:
1. Faktor
genetik
2. Faktor
neurologik
3. Faktor
lingkungan
4. Faktor
kultural dan psikososial
|
2..1.3. Tanda Dan Gelaja
Simptomatologi (data subjektif dan
objektif) DSM-III-R. Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala-gejala ADHD
berikut:
1.
Seringkali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
menggeliat-geliat.
2.
Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
3.
Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
4.
Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan
atau keadaan didalam suatu kelompok.
5.
Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan.
6.
Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari
orangtua.
7.
Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas
atau aktivitas-aktivitas bermain.
8.
Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke
kegiatan lainnya.
9.
Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
10.
Senang berbicara dengan berlebihan.
11.
Sering menyela atau mengganggu orang lain.
12.
Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya.
13.
Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas
atau kegiatan-kegiatan di sekolah atau dirumah.
14.
Sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik
tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya (mis, berlari-lari di
jalan raya tanpa melihat-lihat).
(Townsend, Mary C. 1998)
2.1.4. Patofisiologi
Kurang
konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi. Sifat
impulsif, dan hiperaktivitas. Diagnostic and statistic of mental disorders,
edisi keempat (DSM IV) menggarisbawahi gejala perilaku spesifik yang dapat
diobservasi pada ketiga area ini. Gangguan yang paling sering dijumpai adalah
kurang konsentrasi dan perilaku hiperaktif. Impulsif. Meskipun begitu, beberapa
anak menunjukkan satu pola predominan, yaitu hiperaktif-impulsif atau kurang
konsentrasi.
Meskipun gejala
kedua gangguan ini sudah ada sebelum umur 7 tahun, diagnosis umumnya belum
ditegakkan sampai anak itu masuk sekolah., saat perilaku tersebut mengganggu
fungsi akademik dan sosial anak. Pada saat itu anak memasuki masa remaja,
gejala yang dapat diobservasi menjadi kurang jelas. Keresahan dan kegugupan
mengganti aktivitas berlebihan yang ada pada masa kanak-kanak. Remaja dengan
gangguan ini sulit menuruti dan mengikuti aturan dan harapan mengenai perilaku
yang biasanya dijumpai di kalangan pendidikan dan pekerjaan. Konflik dengan
atasan juga dijumpai. Gejala dapat berlangsung terus sampai masa dewasa.
Individu demikian dapat digambarkan sebagai seseorang yang “maju terus”. Selalu
sibuk dan tidak dapat “ duduk diam “. Anak dengan gangguan ini dapat
menunjukkan kurangnya koordinasi sensorimotorik., kecerobohan, atau masalah
dengan orientasi ruang/tempat. Kesulitan dijumpai di sekolah dan di rumah. Suka
mengacau, ledakan kemarahan, dan aktivitas motorik tanpa tujuan sering
menjengkelkan sesama kelompok sebaya dan keluarga. Akibatnya, masalah sekunder
seperti pertentangan, gangguan alam perasaan dan kecemasan, serta masalah
komunikasi sering terjadi. Proses pembelajaran dapat terhambat karena
ketidakmampuan yang kronis untuk menyelesaikan tugas-tugas pendidikannya.
Meskipun tidak ada
faktor etiologi tunggal yang menimbulkan gangguan perilaku yang kompleks ini,
riwayat medis menunnjukkan insidens gangguan ini lebih tinggi pada anak-anak
yang dianiaya atau ditelantarkan, terpejan obat prenatal, berat badan lahir
rendah, keracunan timah, ensefalitis, dan retardasi mental.
(Betz, Cecily L.2002)
Pathway
Faktor genetik
|
Faktor lingkungan
|
Cedera otak
|
Keracunan timah hitam
|
Resiko cedera
|
Gangguan pola tidur
|
Ketidakefektifan koping individu
|
Harga diri rendah
|
Resiko interaksi sosial
|
ADHD
|
Faktor kultural
& psikososial
|
Faktor
neurologik
|
2.1.5. Komplikasi
1.
Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit
ansietas.
2.
Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3.
Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan).
(Betz, Cecily L.2002)
2.1.6. Penatalaksanaan
Rencana pengobatan
bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan psikostimulan, modifikasi
perilaku orang tua, dan konseling keluarga. Orangtua mungkin mengungkapkan
kekhawatirannya tentang penggunaan obat. Resiko dan keuntungan dari obat harus
dijelaskan pada orang tua., termasuk pencegah3ean skolastik dan gangguan sosial
yang terus menerus karena penggunaan obat-obat psikostimulan. Rating scale
conners dapat digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas
dari pengobatan.
Psikostimulan-
metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Brnzedrine), dan dekstroamfetamin
sulfat (Dexadrine) dapat memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak
dengan meningkatkan efek paradoksial pada kebanyakan anak dan sebagian orang
dewasa yang menderita gangguan ini.
(Betz,
Cecily L.2002)
2.1.6.1.Penanganan anak
hiperaktif
Penanganan
anak hiperaktif harus disesuaikan dengan gejala yang muncul, dan perlu
ditelusuri terlebih dahulufaktor penyebabnya, sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam penanganan. Karena jika anak hiperaktif ditangani dengan
cara yang salah, justru memperburuk keadaan anak hiperaktif. Ada beberapa jenis
yang bisa diterapkan padaanak hiperaktif, (Ferinand, 2007) sebagai berikut:
1.
Terapi psikofarmakologis (terapi obat-obatan)
Terapi farmakologi anak dengan hiperaktif dapat diberikan stimulan
yang dipercaya meningkatkan produksi dopamine dan norepinephrine, yaitu
neurotransmiter otak yang penting untuk kemampuan memusatkan perhatian dan
mengontrol perilaku. Ritalin adalah salah satu obat stimulan yang paling banyak
diresepkan. Namun dengan terapi ini tidak bisa selamanya diberikan kepada anak
karena efek dari obat-obatan stimulan tersebut jika digunakan dalam jangka
waktu yang lama, akan mengakibatkan anak ketagihan dengan obat tersebut, karena
obat-obat tersebut fungsinya untuk menenangkan (obat penenang), dan jika
dosisnya berlebihan maka anak akan ketagihan secara terus menerus.
2.
Terapi sosial kejiwaan (psikososial)
Ranagen (2005) mengemukakan salah satu bentuk penanganan untuk anak
hiperaktif adalah dengan modifikasi perilaku.
a.
Biarkan anak mengetahui apa yang diharapkan sebelumnya. Anak dan
orang dewasa perlu saling berbagi pemahaman tentang perilaku apa yang dapat
diterima, apa yang tidak dapat diterima dan apa konsekuensi dari tiap macam
perilaku.
b.
Pastikan bahwa semua penguatan atau hadiah adalah bermakna. Hadiah
harus berupa sesuatu yang benar-benar diinginkan anak. Selain itu hadiah
haruslah kecil dan sering diberikan.
c.
Modifikasi perilaku harus dilakukan secara kontinue, penguatan juga
harus konsisten, hal ini tidak akan berhasil jika jarang dilakukan, dan jika
perilakunya tidak sama antara ibu dan ayahnya.
(Prabowo,
2014)
Menurut Prabowo,
penatalaksanaan untuk anak hiperaktif adalah:
1. Terapi psikofarmakologis
2. Terapi social kejiwaan (psikososial)
|
KB 2.2.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ATTENTION DEFICYT HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)
|
1. pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian
perkembangan anak berdasarkan umur atau usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti
garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau
bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
1. Bayi usia 1-4 bulan.
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat
tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala
tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol
kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari
terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha
untuk merangkan) ?
b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek,
mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan
memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan
dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun
hanya sebentar)?
c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat
berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa
dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum,
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit dari
waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang
berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap
wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?
2. Bayi Umur 4-8
bulan
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada
alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua
tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke
kiri , sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan,
bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan
menumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang
ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati
benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang,
mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil objek dengan tangan
tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan
bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke
tangan yang lain) ?
c. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau
kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa,
menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri
dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti
ba-ba)?
d. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika
ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing,
mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3. Bayi Umur 8-12
bulan
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan,
berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri
sendiri) ?
b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda
kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu
memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau
kubus ketempatnya)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa
mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat
mengucapkan 1-2 kata)?
d. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan
bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir,
menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?
3. Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan
berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu
berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun atau
membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap
orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan
kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu
kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai
baju) ?
4. Masa Prasekolah (Preschool)
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk
berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan
dengan bantuan) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis
yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu
menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan
bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan
diatas kertas)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan empat
gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda,
menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio
beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi yntum mengidentifikasi
objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti
larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan
permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan
gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali
anggota keluarga) ?
5. Masa school age
a. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?
b. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ?
c. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan
sekolah)?
d. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
e. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah ?
g. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?
h. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?
6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara
mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan
bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah
(misalnya membersihkan rumah,memasak) ?
Menurut Videbeck (2008)
pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity Disorder
(ADHD) antara lain :
1. Pengkajian riwayat penyakit
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat
bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler
atau masuk sekolah atau day care.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan
perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi
perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak
atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motorik
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang
saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan
suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir
dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
3. Mood dan Afek
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan
kemarahan
4. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun
sulit untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau
tahap perkembangan
5. Sensorium dan proses
intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan
secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3
menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat berhenti memikirkan sesuati.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas
6. Penilaian dan daya
tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan
sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,
seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan
dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali
bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku
di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya
merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh
8. Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademik maupun sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik,
bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang
meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis
dan perawatan diri
Anak
yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk
makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah
penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi.
Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat
cedera fisik.
(http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-askep-anak-hiperaktif.html)
2. diagnosa
keperawatan
1)
Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan
proses pikir.
2)
Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya.
3)
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan
hiperaktif
4)
Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi
/koping idividu tidak efektif.
5)
Ketidakefektifankoping individu berhubungan
dengankelainan fungsi darisystem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat,
serta penganiayaan dan penelantaran anak.
(Nurhayati,
2015)
3. intervensi
Dx 1 : kerusakan interaksi social berhubungan dengan perubahan
proses pikir.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan interaksi sosial berjalan baik.
KH:
1. Interaksi dengan teman.
2. Interaksi dengan tetangga
3. Interaksi dengan keluarga
4. Ikut serta dalam aktivitas luang
5. Ikut serta dalam aktivitas sukarela
Intervensi:
1. Anjurkan klien dalam membangun hubungan teman,
keluarga.
R/ membangun hubungan dengan teman dan keluarga
dapat memberikan stimulus pada anak untuk berinteraksi.
2. Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas
2. Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas
R/ aktivitas sosial dan komunitas dapat membentuk
perilaku anak yang positif.
3. Anjurkan penggunaan komunikasi verbal
3. Anjurkan penggunaan komunikasi verbal
R/ penggunaan komunikasi verbal mengajarkan anak
untuk berkomunikasi dengan baik.
4. Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain
4. Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain
R/ tanggapan positif pada anak dapat menimbulkan
rasa percaya diri anak dalam bergaul dengan orang lain.
5. Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu
5. Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu
R/ kelompok kecil dapat memberikan stimulus pada
anak dalam berinteraksi dengan baik.
Dx2 : Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya.
Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain
dan dapat mendeteksi bahaya.
KH :
1. Kecemasan
dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi.
2. Anak mencari staf
untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
3. Anak mengetahui,
mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif
diri sendiri.
Intervensi:
1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan
hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya
rasa waspada dan kecurigaan
R/ Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan
pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang
membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain
2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang
mengarah pada tindakan bunuh diri
R/ Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan
bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan
diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti
memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah.
Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya,
baik secara verbal atau nonverbal.
3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis
dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri
dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut
timbul
R/ Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri
dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada
anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan
beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak
sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.
4. Bantu anak mengenali kapan kemarahan
terjadi dan untuk menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri.
Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan
yang dialami dalam 24 jam disimpan.
R/ Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan,
respon perilaku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat.
Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku
alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif.
5. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya
dari lingkungan anak
R/ Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari
keperawatan.
6. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan
pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan
obat-obatan dan efek –sfek samping yang merugikan
R/ Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam,
klordiazepoksida, alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek
imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi.
Dx3 :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
ansietas dan hiperaktif
Tujuan
: Anak mampu untuk mencapai tidur tidak
terganggu selama 6 sampai 7 jamn setiap malam.
KH:
1. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada
waktu tidur
2.
Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat
3.
Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam
tanpa terbangun
Intervensi :
1. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur
R/ Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan
2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa
takut dan ansietas-ansietas tertentu
R/ Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak
sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya
3. Duduk dengan anak sampai dia tertidur
R/ kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman
4. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan dari
diet anak
R/ Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur
5. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung,
latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat)
R/ Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur
6. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini
R/ Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari
istirahat dan aktivitas
7. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari
dan dalam keadaan ketakutan
R/ Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman
Dx4:
Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif.
Tujuan :Anak
memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang,
ditandai dengan
KH:
1. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif
tentang diri
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru
tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.
Intervensi:
1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis
R/ Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai
sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse
adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak
2. Sampai kan perhartian tanpa syarat bagi pasien
R/ Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap
anak sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok
R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa
anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak
R/ Aspek positif yang dimiliki anak dapat
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya
sebagai hal yang negatif.
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap
defensif
R/ Memberikan bantuan yang positif bagi
identifikasi amsalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih
adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan
penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien.
6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa takut
terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan
tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan
penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan
R/ Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga
diri
7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang
mendekati pencapaian tugas
R/ Pendekatan ini yang disebut shaping adalah
prosedur perilaku ketika pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang
diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan
penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara
bertahap.
Dx5: Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengankelainan fungsi
dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan
dan penelantaran anak.
Tujuan
: Anak mengembangkan dan menggunakan
keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
KH:
1. Anak mampu penundaan pemuasan terhadap
keinginannya, tanpa terpaksa untuk menipulasi orang lain.
2.
Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
3. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan
koping alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai
dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai
respons terhadap rasa frustasi.
Intervensi:
1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis.
R/ Penting untuk anak untuk nmencapai sesuatu,
maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah
mungkin. Sukses meningkatkan harga.
2. Sampaikan
perhatian tanpa syarat pada anak.
R/ Komunikasi dari pada penerimaan Anda
terhadapnya sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga.
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke
satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok.
R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa
bahwa ia berharga untuk waktu anda.
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek
positis dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah
karakteristik yang melihatnya sebagai negatif.
R/ Identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu
mengembangkan aspek positif sehingga memiliki koping individu yang efektif.
5. Bantu anak mengurangi penyangkalan sebagai suatu
mekanisme bersikap membela.
R/ Penguatan ypositif membantu meningkatkan harga diri
dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak.
6. Beri pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dan
penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan.
R/ Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga
diri.
5. implementasi
Implementasi adalah
pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan
/ ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.
6. evaluasi
1.
Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya dapat teratasi dengan criteria hasil :
a.
Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu
melakukan agresi.
b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan
perasaan-perasaan yang sebenarnya.
c. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima
kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.
2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan
hiperaktif dapat teratasi dengan criteria hasil :
a.
Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
b.
Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti
oleh perawat
c.
Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit
dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun
3.
Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi
/koping idividu tidak efektif dapat teratasi dengan criteria hasil:
a.
Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
b. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas
baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
|
Townsend,
Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Di Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC
Betz, Cecily L dan Sowden Linda. A.2002.Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Edisi 3. Jakarta: EGC
Nurhayati, Hanik Endang. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Ardi, 20013. Askep Anak dengan ADHD. Dalam http://blogger-ardi30.blogspot.com/2013/04/askep-anak-dengan-attention- deficyt.html
Santya, Kadek. 2012. “Askep Anak
Hiperaktif” dalam http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-askep-anak-hiperaktif.html
Heri, 2012. Asuhan
Keperawatan Anak dengan Hiperaktif. From: http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-anak-dengan_8226.html [diakses: 27 April 2015] MAKALAH
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICYT HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)
Dosen : Titik Sumiatin, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Anggota
Kelompok 16
:
1.
Wirdatun Nisak (P27820523023)
2.
Handika Via P. (P27820523040)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Ramat dan
Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa 1 ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan ADHD” ini dengan baik dan
tepat waktu tanpa hambatan apapun dalam pengerjaannya.
Penulis
ucapkan terima kasih kepada Ibu Titik Sumiatin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Pembimbing saya dalam Mata Kuliah Keperawatan
Jiwa 1 sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, Penulis minta maaf apabila terdapat
kesalahan dalam pengetikan maupun yang lainnya karena manusia tak lepas dari
kesalahan dan mohon saran yang membangun demi kesempurnaan Makalah ini.
Tuban, 14 Maert 2015
Penulis
Kata Pengantar..........................................................
ii
Daftar Is...................................................................
iii
KB 1 PENDAHULUAN.............................................. 1
KB 1.1. latar
belakang........................................ 1
KB 1.2.
tujuan ................................................. 2
KB 1.3.
manfaat................................................. 2
KB 2 TINJAUAN TEORI........................................... 3
KB2.1. Konsep
ADHD............................................ 3
2.1.1.Pengertian................................................. 3
2.1.2.Etiologi.................................................... 3
2.1.3.Tanda dan Gejala....................................... 6
2.1.4.Patofisiologi.............................................. 7
2.1.5.Komplikasi................................................ 10
2.1.6.Penatalaksanaan......................................... 10
KB2.2. Asuhan Keperawatan ADHD........................ 13
2.2.1.Pengkajian................................................ 13
2.2.2.Diagnosa................................................... 23
2.2.3.Intervensi................................................. 24
2.2.4.Implementasi............................................. 31
2.2.5.Evaluasi.................................................... 32
Daftar Pustaka ........................................................ 33
KB 1.1.latar
belakang
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian,
impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan
gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Pada
kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa
(Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang
paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional
kesehatan mental. Konsensus pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 3,05%
atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
Sebagian
besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat
tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar
30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional
karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD
(Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD
jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat,
jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika
Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila
dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk
Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif
cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).
(http://blogger-ardi30.blogspot.com/2013/04/askep-anak-dengan-attention-deficyt.html)
|
KB 1.2.tujuan
1.1.1. Tujuan Khusus
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada
anak dengan ADHD.
1.1.2. Tujuan Umum
1.
Mahasiswa dapat memahami
pengertian ADHD
2.
Mahasiswa dapat memahami
etiologi ADHD
3.
Mahasiswa dapat memahami simptomatologi ADHD
4.
Mahasiswa dapat memahami
patofisiologi ADHD
5.
Mahasiswa dapat memahami
komplikasi ADHD
6.
Mahasiswa dapat memahami
penatalaksanaan ADHD
7.
Mahasiswa dapat memahami
asuhan keperawatan ADHD
KB 1.3.MANFAAT
|
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa
mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan ADHD (Attention Deficit
Hiperaktivitas Disorder) serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.
KB 2
TINJAUAN PUSTAKA
|
KB 2.1. Konsep ADHD
|
2.1.1 Definisi
Kelainan
hiperaktivitas kurang perhatian (ADHD) sering tampak sebelum usia 4 tahun dan
dikarakteristikan oleh ketidaktepatan perkembangan didak perhatian, impulsif,
hiperaktivitas. Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap dengan
masa dewasa (DSM-III-R, 1987). (Townsend, Mary C. 1998)
Gangguan
hiperkinetik atau biasa disebut dengan hiperaktif adalah suatu gangguan yang
terjadi pada anak dan dapat timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama
ketidakmampuan memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsive.
(Prabowo,
2014)
2.1.2. Etiologi
2.1.2.1 FATOR PREDISPOSISI
1.
Teori psikodonamika. Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak
dengan ADHD adalah tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan
diri dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
2.
Teori biologia. DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem
saraf pusat (SSP), seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi,
epilepsi, dan perilaku-perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut
sebagai faktor predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau
semrawut serta penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan
faktor-faktor predisposisi pada beberapa kasus.
3.
Teori dinamika keluarga. Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada
hubungan pasangan disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak,
dimana perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan
fungsi sistem.
(Townsend, Mary C. 1998)
2.1.2.2 FAKTOR PENYEBAB
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak
menjadi hiperaktif, antara lain adalah:
a.
Faktor genetik
Anak laki-laki dengan
ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur kebih memungkinkan hiperaktif dibandingkan
kembar satu telur.
b.
Faktor neurologik
Penelitian menunjukkan
anak hiperaktif lebih banyak disebabkan karena gangguan fungsi otak akibat
sulit saat kelahiran, penyakit berat, cedera otak.
c.
Faktor lingkungan
Racun atau limbah pada
lingkungan sekitar dapat menyebabkan hiperaktif terutama keracunan timah hitam.
d.
Faktor kultural dan psikososial
1)
Pemanjaan-pemanjaan bisa juga disamakan dengan memperlakukan anak
terlalu manis, membujuk-bujuk makan dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja
akan memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
2)
Kurang disiplin dan pengawasan
Anak yang kurang
pengawasan/ disiplin cenderung akan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya.
Hal ini dikarenakan perilakunya kurang dibatasi.
3)
Orientasi kesenangan
Anak dengan kepribadian
berorientasi pada kesenangan, pada umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif
secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan
atau menyesuaikan diri.
(Prabowo, 2014)
Menurut Prabowo,
Faktor-faktor penyebab:
1. Faktor
genetik
2. Faktor
neurologik
3. Faktor
lingkungan
4. Faktor
kultural dan psikososial
|
2..1.3. Tanda Dan Gelaja
Simptomatologi (data subjektif dan
objektif) DSM-III-R. Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala-gejala ADHD
berikut:
1.
Seringkali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
menggeliat-geliat.
2.
Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
3.
Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
4.
Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan
atau keadaan didalam suatu kelompok.
5.
Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan.
6.
Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari
orangtua.
7.
Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas
atau aktivitas-aktivitas bermain.
8.
Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke
kegiatan lainnya.
9.
Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
10.
Senang berbicara dengan berlebihan.
11.
Sering menyela atau mengganggu orang lain.
12.
Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya.
13.
Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas
atau kegiatan-kegiatan di sekolah atau dirumah.
14.
Sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik
tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya (mis, berlari-lari di
jalan raya tanpa melihat-lihat).
(Townsend, Mary C. 1998)
2.1.4. Patofisiologi
Kurang
konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi. Sifat
impulsif, dan hiperaktivitas. Diagnostic and statistic of mental disorders,
edisi keempat (DSM IV) menggarisbawahi gejala perilaku spesifik yang dapat
diobservasi pada ketiga area ini. Gangguan yang paling sering dijumpai adalah
kurang konsentrasi dan perilaku hiperaktif. Impulsif. Meskipun begitu, beberapa
anak menunjukkan satu pola predominan, yaitu hiperaktif-impulsif atau kurang
konsentrasi.
Meskipun gejala
kedua gangguan ini sudah ada sebelum umur 7 tahun, diagnosis umumnya belum
ditegakkan sampai anak itu masuk sekolah., saat perilaku tersebut mengganggu
fungsi akademik dan sosial anak. Pada saat itu anak memasuki masa remaja,
gejala yang dapat diobservasi menjadi kurang jelas. Keresahan dan kegugupan
mengganti aktivitas berlebihan yang ada pada masa kanak-kanak. Remaja dengan
gangguan ini sulit menuruti dan mengikuti aturan dan harapan mengenai perilaku
yang biasanya dijumpai di kalangan pendidikan dan pekerjaan. Konflik dengan
atasan juga dijumpai. Gejala dapat berlangsung terus sampai masa dewasa.
Individu demikian dapat digambarkan sebagai seseorang yang “maju terus”. Selalu
sibuk dan tidak dapat “ duduk diam “. Anak dengan gangguan ini dapat
menunjukkan kurangnya koordinasi sensorimotorik., kecerobohan, atau masalah
dengan orientasi ruang/tempat. Kesulitan dijumpai di sekolah dan di rumah. Suka
mengacau, ledakan kemarahan, dan aktivitas motorik tanpa tujuan sering
menjengkelkan sesama kelompok sebaya dan keluarga. Akibatnya, masalah sekunder
seperti pertentangan, gangguan alam perasaan dan kecemasan, serta masalah
komunikasi sering terjadi. Proses pembelajaran dapat terhambat karena
ketidakmampuan yang kronis untuk menyelesaikan tugas-tugas pendidikannya.
Meskipun tidak ada
faktor etiologi tunggal yang menimbulkan gangguan perilaku yang kompleks ini,
riwayat medis menunnjukkan insidens gangguan ini lebih tinggi pada anak-anak
yang dianiaya atau ditelantarkan, terpejan obat prenatal, berat badan lahir
rendah, keracunan timah, ensefalitis, dan retardasi mental.
(Betz, Cecily L.2002)
Pathway
Faktor genetik
|
Faktor lingkungan
|
Cedera otak
|
Keracunan timah hitam
|
Resiko cedera
|
Gangguan pola tidur
|
Ketidakefektifan koping individu
|
Harga diri rendah
|
Resiko interaksi sosial
|
ADHD
|
Faktor kultural
& psikososial
|
Faktor
neurologik
|
2.1.5. Komplikasi
1.
Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit
ansietas.
2.
Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3.
Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan).
(Betz, Cecily L.2002)
2.1.6. Penatalaksanaan
Rencana pengobatan
bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan psikostimulan, modifikasi
perilaku orang tua, dan konseling keluarga. Orangtua mungkin mengungkapkan
kekhawatirannya tentang penggunaan obat. Resiko dan keuntungan dari obat harus
dijelaskan pada orang tua., termasuk pencegah3ean skolastik dan gangguan sosial
yang terus menerus karena penggunaan obat-obat psikostimulan. Rating scale
conners dapat digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas
dari pengobatan.
Psikostimulan-
metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Brnzedrine), dan dekstroamfetamin
sulfat (Dexadrine) dapat memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak
dengan meningkatkan efek paradoksial pada kebanyakan anak dan sebagian orang
dewasa yang menderita gangguan ini.
(Betz,
Cecily L.2002)
2.1.6.1.Penanganan anak
hiperaktif
Penanganan
anak hiperaktif harus disesuaikan dengan gejala yang muncul, dan perlu
ditelusuri terlebih dahulufaktor penyebabnya, sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam penanganan. Karena jika anak hiperaktif ditangani dengan
cara yang salah, justru memperburuk keadaan anak hiperaktif. Ada beberapa jenis
yang bisa diterapkan padaanak hiperaktif, (Ferinand, 2007) sebagai berikut:
1.
Terapi psikofarmakologis (terapi obat-obatan)
Terapi farmakologi anak dengan hiperaktif dapat diberikan stimulan
yang dipercaya meningkatkan produksi dopamine dan norepinephrine, yaitu
neurotransmiter otak yang penting untuk kemampuan memusatkan perhatian dan
mengontrol perilaku. Ritalin adalah salah satu obat stimulan yang paling banyak
diresepkan. Namun dengan terapi ini tidak bisa selamanya diberikan kepada anak
karena efek dari obat-obatan stimulan tersebut jika digunakan dalam jangka
waktu yang lama, akan mengakibatkan anak ketagihan dengan obat tersebut, karena
obat-obat tersebut fungsinya untuk menenangkan (obat penenang), dan jika
dosisnya berlebihan maka anak akan ketagihan secara terus menerus.
2.
Terapi sosial kejiwaan (psikososial)
Ranagen (2005) mengemukakan salah satu bentuk penanganan untuk anak
hiperaktif adalah dengan modifikasi perilaku.
a.
Biarkan anak mengetahui apa yang diharapkan sebelumnya. Anak dan
orang dewasa perlu saling berbagi pemahaman tentang perilaku apa yang dapat
diterima, apa yang tidak dapat diterima dan apa konsekuensi dari tiap macam
perilaku.
b.
Pastikan bahwa semua penguatan atau hadiah adalah bermakna. Hadiah
harus berupa sesuatu yang benar-benar diinginkan anak. Selain itu hadiah
haruslah kecil dan sering diberikan.
c.
Modifikasi perilaku harus dilakukan secara kontinue, penguatan juga
harus konsisten, hal ini tidak akan berhasil jika jarang dilakukan, dan jika
perilakunya tidak sama antara ibu dan ayahnya.
(Prabowo,
2014)
Menurut Prabowo,
penatalaksanaan untuk anak hiperaktif adalah:
1. Terapi psikofarmakologis
2. Terapi social kejiwaan (psikososial)
|
KB 2.2.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ATTENTION DEFICYT HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)
|
1. pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian
perkembangan anak berdasarkan umur atau usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti
garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau
bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
1. Bayi usia 1-4 bulan.
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat
tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala
tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol
kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari
terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha
untuk merangkan) ?
b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek,
mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan
memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan
dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun
hanya sebentar)?
c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat
berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa
dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum,
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit dari
waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang
berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap
wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?
2. Bayi Umur 4-8
bulan
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada
alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua
tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke
kiri , sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan,
bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan
menumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang
ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati
benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang,
mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil objek dengan tangan
tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan
bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke
tangan yang lain) ?
c. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau
kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa,
menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri
dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti
ba-ba)?
d. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika
ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing,
mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3. Bayi Umur 8-12
bulan
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan,
berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri
sendiri) ?
b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda
kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu
memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau
kubus ketempatnya)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa
mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat
mengucapkan 1-2 kata)?
d. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan
bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir,
menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?
3. Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan
berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu
berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun atau
membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap
orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan
kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu
kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai
baju) ?
4. Masa Prasekolah (Preschool)
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk
berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan
dengan bantuan) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis
yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu
menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan
bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan
diatas kertas)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan empat
gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda,
menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio
beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi yntum mengidentifikasi
objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti
larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan
permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan
gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali
anggota keluarga) ?
5. Masa school age
a. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?
b. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ?
c. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan
sekolah)?
d. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
e. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah ?
g. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?
h. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?
6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara
mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan
bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah
(misalnya membersihkan rumah,memasak) ?
Menurut Videbeck (2008)
pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity Disorder
(ADHD) antara lain :
1. Pengkajian riwayat penyakit
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat
bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler
atau masuk sekolah atau day care.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan
perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi
perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak
atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motorik
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang
saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan
suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir
dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik
yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
3. Mood dan Afek
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan
kemarahan
4. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun
sulit untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau
tahap perkembangan
5. Sensorium dan proses
intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan
secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3
menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat berhenti memikirkan sesuati.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas
6. Penilaian dan daya
tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan
sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,
seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan
dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali
bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku
di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak
teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya
merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh
8. Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademik maupun sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik,
bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang
meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis
dan perawatan diri
Anak
yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk
makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah
penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi.
Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat
cedera fisik.
(http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-askep-anak-hiperaktif.html)
2. diagnosa
keperawatan
1)
Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan
proses pikir.
2)
Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya.
3)
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan
hiperaktif
4)
Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi
/koping idividu tidak efektif.
5)
Ketidakefektifankoping individu berhubungan
dengankelainan fungsi darisystem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat,
serta penganiayaan dan penelantaran anak.
(Nurhayati,
2015)
3. intervensi
Dx 1 : kerusakan interaksi social berhubungan dengan perubahan
proses pikir.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan interaksi sosial berjalan baik.
KH:
1. Interaksi dengan teman.
2. Interaksi dengan tetangga
3. Interaksi dengan keluarga
4. Ikut serta dalam aktivitas luang
5. Ikut serta dalam aktivitas sukarela
Intervensi:
1. Anjurkan klien dalam membangun hubungan teman,
keluarga.
R/ membangun hubungan dengan teman dan keluarga
dapat memberikan stimulus pada anak untuk berinteraksi.
2. Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas
2. Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas
R/ aktivitas sosial dan komunitas dapat membentuk
perilaku anak yang positif.
3. Anjurkan penggunaan komunikasi verbal
3. Anjurkan penggunaan komunikasi verbal
R/ penggunaan komunikasi verbal mengajarkan anak
untuk berkomunikasi dengan baik.
4. Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain
4. Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain
R/ tanggapan positif pada anak dapat menimbulkan
rasa percaya diri anak dalam bergaul dengan orang lain.
5. Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu
5. Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu
R/ kelompok kecil dapat memberikan stimulus pada
anak dalam berinteraksi dengan baik.
Dx2 : Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya.
Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain
dan dapat mendeteksi bahaya.
KH :
1. Kecemasan
dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi.
2. Anak mencari staf
untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
3. Anak mengetahui,
mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif
diri sendiri.
Intervensi:
1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan
hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya
rasa waspada dan kecurigaan
R/ Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan
pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang
membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain
2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang
mengarah pada tindakan bunuh diri
R/ Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan
bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan
diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti
memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah.
Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya,
baik secara verbal atau nonverbal.
3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis
dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri
dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut
timbul
R/ Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri
dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada
anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan
beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak
sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.
4. Bantu anak mengenali kapan kemarahan
terjadi dan untuk menerima perasaan-perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri.
Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan
yang dialami dalam 24 jam disimpan.
R/ Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan,
respon perilaku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat.
Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku
alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif.
5. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya
dari lingkungan anak
R/ Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari
keperawatan.
6. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan
pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan
obat-obatan dan efek –sfek samping yang merugikan
R/ Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam,
klordiazepoksida, alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek
imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi.
Dx3 :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan
ansietas dan hiperaktif
Tujuan
: Anak mampu untuk mencapai tidur tidak
terganggu selama 6 sampai 7 jamn setiap malam.
KH:
1. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada
waktu tidur
2.
Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat
3.
Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam
tanpa terbangun
Intervensi :
1. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur
R/ Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan
2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa
takut dan ansietas-ansietas tertentu
R/ Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak
sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya
3. Duduk dengan anak sampai dia tertidur
R/ kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman
4. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan dari
diet anak
R/ Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur
5. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung,
latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat)
R/ Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur
6. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini
R/ Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari
istirahat dan aktivitas
7. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari
dan dalam keadaan ketakutan
R/ Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman
Dx4:
Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif.
Tujuan :Anak
memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang,
ditandai dengan
KH:
1. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif
tentang diri
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru
tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.
Intervensi:
1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis
R/ Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai
sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse
adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak
2. Sampai kan perhartian tanpa syarat bagi pasien
R/ Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap
anak sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok
R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa
anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak
R/ Aspek positif yang dimiliki anak dapat
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya
sebagai hal yang negatif.
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap
defensif
R/ Memberikan bantuan yang positif bagi
identifikasi amsalah dan pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih
adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan
penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien.
6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa takut
terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan
tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan
penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan
R/ Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga
diri
7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang
mendekati pencapaian tugas
R/ Pendekatan ini yang disebut shaping adalah
prosedur perilaku ketika pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang
diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan
penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara
bertahap.
Dx5: Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengankelainan fungsi
dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan
dan penelantaran anak.
Tujuan
: Anak mengembangkan dan menggunakan
keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
KH:
1. Anak mampu penundaan pemuasan terhadap
keinginannya, tanpa terpaksa untuk menipulasi orang lain.
2.
Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
3. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan
koping alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai
dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai
respons terhadap rasa frustasi.
Intervensi:
1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis.
R/ Penting untuk anak untuk nmencapai sesuatu,
maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah
mungkin. Sukses meningkatkan harga.
2. Sampaikan
perhatian tanpa syarat pada anak.
R/ Komunikasi dari pada penerimaan Anda
terhadapnya sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga.
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke
satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok.
R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa
bahwa ia berharga untuk waktu anda.
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek
positis dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana untuk merubah
karakteristik yang melihatnya sebagai negatif.
R/ Identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu
mengembangkan aspek positif sehingga memiliki koping individu yang efektif.
5. Bantu anak mengurangi penyangkalan sebagai suatu
mekanisme bersikap membela.
R/ Penguatan ypositif membantu meningkatkan harga diri
dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak.
6. Beri pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dan
penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan.
R/ Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga
diri.
5. implementasi
Implementasi adalah
pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan
/ ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.
6. evaluasi
1.
Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya dapat teratasi dengan criteria hasil :
a.
Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu
melakukan agresi.
b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan
perasaan-perasaan yang sebenarnya.
c. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima
kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri.
2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan
hiperaktif dapat teratasi dengan criteria hasil :
a.
Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
b.
Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti
oleh perawat
c.
Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit
dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun
3.
Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi
/koping idividu tidak efektif dapat teratasi dengan criteria hasil:
a.
Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
b. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas
baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
|
Townsend,
Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Di Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC
Betz, Cecily L dan Sowden Linda. A.2002.Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Edisi 3. Jakarta: EGC
Nurhayati, Hanik Endang. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Ardi, 20013. Askep Anak dengan ADHD. Dalam http://blogger-ardi30.blogspot.com/2013/04/askep-anak-dengan-attention- deficyt.html
Santya, Kadek. 2012. “Askep Anak
Hiperaktif” dalam http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-askep-anak-hiperaktif.html
Heri, 2012. Asuhan
Keperawatan Anak dengan Hiperaktif. From: http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-anak-dengan_8226.html [diakses: 27 April 2015]